Selasa, 10 Februari 2015

Bagian Camera Analog

11 Februari 2015

12 Langkah Cara Menggunakan Kamera Analog Film 35mm Secara Umum

        Di kesempatan ini admin akan coba membahas 12 Langkah Cara Menggunakan Kamera Analog Film 35mm Secara Umum. Admin membahas hal ini dikarenakan masih banyak yang bertanya bagaimana cara menggunakan kamera analog ini atau itu, terutama yang bertipe SLR. Saran dan komentar sobat-sobat admin harapkan agar kita bisa belajar dan diskusi bersama-sama. Sekali lagi admin tekankan bahwa media ini bukan hanya untuk jualan, tapi terbuka bagi sobat-sobat pecinta dan pengguna kamera analog, pemula maupun yag sudah expert untuk saling berbagi ilmu. Di kesempatan yang lain, admin telah membahas cara memilih kamera analog idaman sobat: Klik Di sini
        Setelah sobat memiliki kamera analog yang pas dengan sobat, biasanya untuk yang pemula atau yang baru pertama kali pegang kamera analog akan bingung dan berkata "Ini kamera gimana cara pakainya ya?" atau "Ini kamera sama umur gue tuaan ini kamera, pakainya gimana ya?" Apalagi kalau kameranya pemberian seseorang atau kebetulan nemu di gudang bekas peninggalan kakek atau ayah. Gak usah bingung sobat. Berikut sedikit admin ulas langkah-langkah menggunakan kamera analog 35mm secara umum:

Persiapan

1. Lihat basic kontrol pada kamera. Setiap kamera analog film 35mm memiliki kontrol dasar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pertama-tama sobat harus benar-benar memperhatikan dan mengerti fungsi dari setiap kantrol dasar tersebut. Bagi yang belum memahami kontrol dasar dari kamera analog, admin telah membahasnya pada artikel dasar-dasar kamera analog. 
  •  Shutter speed dial. Set shutter speed mengikuti kondisi cahaya. Shutter speedberfungsi untuk mengatur kecepatan film ketika terkena cahaya. Bisanya kamera analog tahun 1960 dan seterusnya akan menunjukkan shutter speed dengan angka yang semakin meningkat, seperti B, 1/125, 1/250, 1/500 dan seterusnya. Shutter Speed kamera analog yang usianya lebih tua lagi, biasanya menggunakan angka-angka yang lebih aneh dan sewenang-wenang letaknya. Sedangkan letak shutter speed sendiri berbeda-beda setiap kamera analog. Secara umum letaknya ada di sebelah kanan atas. Tapi ada juga yang menyatu dengan mounting lensanya, seperti Olympus OM.
shutter speed pada Fujica ST801

Shutter speed dial pada Fujca ST 801
  •  Aperture Ring. Kontrol Aperture di setiap kondisi cahaya yang berbeda-beda.Aperture sendiri biasanya disebut diafragma atau bukaan, yakni bilah-bilah plat besi seperti kipas yag ada di lensa berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk melalui lensa. Untuk mengontrol aperture ini, ada ring (cincin) yang letaknya di lensa itu sendiri. Tetapi tidak selalu di lensa, aperture beberapa kamera analog SLR tahun 1980an dan seterusnya sudah bisa dikontrol dari kamera itu sendiri. Contohya sistem seperti Canon EOS tidak memiliki aperture ring sama sekali. Umumnya aperture ringyang ada di lensa, terletak di bagian belakang lensa atau di depan seperti lensa Industar dari Uni Soviet dan lensa OM-sistem. Aperture ditunjukkan dengan angka-angka seperti f/8, f/11 dan seterusnya. Semakin kecil angkanya, semakin besar bukaannya dan sebaliknya.
  • ASA Dial. Set ASA untuk untuk mendapatkan exposure yang berbeda. Pada kamera analog di tandai dengan tulisan ASA, yaitu sensitivitas film terhadap cahaya. Semakin tinggi ASA yang sobat gunakan, semakin sensitif filmnya terhadap cahaya. Hal ini akan berpengaruh kepada kecerahan hasil gambar yag sobat ambil. ASA sangat berguna pada kamera analog jenis automatic exposure. Letak ASA umumnya berdekatan dengan shutter speed dial, tapi ada juga yang terpisah di lensanya. Pada kamera SLR 35mm, set ASA dengan mengangkat ke atas shutter speed dial kemudian putar kanan-kiri. ASA sangat dipegaruhi oleh jenis film. Film yang berbebeda, membutuhkan exposure yang berbeda pula, misalnya film ASA 50 membutuhkan 2xexposure lebih lama dari film ASA 100. Beberapa kamera analog tidak membutuhkan ASA sama sekali, terutama kamera yang memiliki kontak elektrik.
Contoh ASA dial Nikon FM2 black
ASA Dial di Nikon FM2 Black
  • Mode Dial. Mode dial ini berhubungan dengan jenis kamera analog yang sobat miliki. Apakah full manual, semi-automatic atau full automatic exposure atau automatic exposure program. Jika kamera analog sobat full manual, maka tidak ada mode yang perlu di set. Sobat hanya memainkan shutter speed, ASA dan aperture. Bila semi-automatic, maka kamera analog sobat bisa digunakan secara manual dan auto dengan ditandai huruf 'A', seperti Nikon F3. Full automatic exposure, set mode ke automatic exposure dengan cara yang sama ke huruf 'A'. Maka kamera analog sobat akan secara otomatis mencari exposure yang memungkinkan, seperti Canon AE-1. Kemudian ada juga kamera analog dengan mode automatic exposure program ditandai dengan tulisan 'Program' atau 'P' pada meteringnya, yakni exposure telah ditentukan secara otomatis oleh kamera, akan tetapi sobat masih dapat memainkan shutter speed dan aperture ring. Hal ini memberikan keuntungan pada sobat utuk hanya lebih berkonsentrasi penuh kepada objek, seperti Canon AE-1 Program dan Nikon FA.
Mode Dial Nikon F3
Mode Dial Nikon F3
mode dial Canon AE-1
Mode Dial Canon AE-1
mode dial Canon AE-1 Program
Mode Dial Canon AE-1 Program
mode dial nikon FA
Mode Dial Nikon FA
  • Focusing Ring. Fokuskan lensa kamera sobat dengan melihat jarak ke objek. Pada umumnya, distance (jarak) lensa kamera analog terdiri dari feet (kaki) dan meter. Serta ada pula tanda infinity, yakni untuk memfokuskan jarak yang tak terbatas jauhnya. Beberapa kamera analog 35mm memiliki sistem fokus yang berbeda-beda, seperti kamera analog half frame dan compact (Olympus Pen EE dan Olympus Trip 35) menggunakan sistem zona yang sudah memiliki simbol. Ada pula jenis rangefinder (Zorki dan Fed) yang memiliki focusing ring berupa tuas di dekat viewfinder-nya. Sistem fokusing kamera analog ini nantinya juga akan berpengaruh kepada reflective meteringuntuk mendapatkan eksposur yang berbeda-beda. 
Tanda infinity pada lensa kamera analog
Simbol Infinity
Tuas fokus ragefinder Fed-2
Tuas Fokus pada Fed-2
Fokus zone Olympus trip 35
Sistem fokus Olympus trip 35 berupa zona dengan simbol
                 
  • Tombol Rewind. Tombol ini berfungsi untuk memungkinkan film/klise tidak terkunci atau terjepit (ngelos) pada batang kokangan yang berada di bagian dalam. Apabila film yang sobat pakai sudah habis (36 eksposur) dan sobat ingin mencabut filmnya dari kamera, sebelumnya sobat harus menekan tombol ini. Bila tidak ditekan, film tidak akan bisa digulung. Bila sobat paksa film/klise akan robek. Selain itu, tombol ini bisanya juga berfungsi untuk membuat multiply exposure/double exposure. Dengan menekan tombol ini saat pemotretan, sobat dapat memundurkan film ke frame sebelumnya. Normalnya tombol ini berukuran kecil dan terletak di bagian bawah kamera sejajar dengan kokangan.
tombol rewind Canon A-1
Contoh Tombol Rewind pada Canon A-1
  • Tuas Rewind. Pada umumnya tuas rewind ini berada di bagian sisi kiri tangan. Berfungsi untuk memutar film/klise masuk ke dalam tempatnya kembali (kalengnya) jika sudah habis. Dapat juga digunakan untuk membuat multiply exposure/double exposure dengan memutarnya sehingga kembali ke frame sebelumnya. Tapi inget sobat sekali lagi jangan lupa pencet terlebih dahulu tombol rewind-nya baru putar. Kemudian tarik tuasnya ke atas dan cabut kaleng filmnya. Pada kamera analog bentuk tuas rewind ini bermacam-macam. Di kamera analog SLR 35mm dan Half frame bentuknya berupa tuas. Tapi pada kamera jenis rangefinder bentuknya seperti tongkat bulat/knob. Beberapa kamera analog yang sudah memiliki motor seperti EOS (tahun 1995-ke atas), tidaak memiliki tuas rewind sama sekali. Untuk menggulung filmnya, ada yang berupa tombol dan ada yang sudah otomatis menggulung sendiri jika sudah habis. 
Tuas rewind Canon T50
Tuas Rewind Canon T50
tuas rewind Leica M
Tuas Rewind Leica M





Tuas rewind rangefinder zorki 4K
Knob Rewind Zorki 4K

2. Ganti Batre Jika Kamera Analog Kamu Menggunakannya. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah mengenai batre untuk kamera analog sobat. Banyak sekali dari sobat mungkin ragu untuk membeli kamera analog karena batrenya sudah tidak diproduksi lagi dan sulit untuk mendapatkannya sekarang ini. Batre pada kamera analog sangat diperlukan terutama untuk jenisfull automatic. Pada jenis full manual hanya digunakan untuk menggerakkan lightmeter (optional jika feeling sobat sudah mantap). Memang benar beberapa kamera analog batrenya sudah tidak diproduksi lagi, terutama yang menggunakan batre Merkuri Px-625 1.35V seperti Practika dari Jerman Timur dan kamera-kamera analog dari tahun 1960an. Batre tersebut sudah dihentikan produksinya pada tahun 1980an karena masalah lingkungan. Kalau pun ada yang jual mungkin harganya lumayan mahal. Tapi jangan takut sobat, para fotografer yang menggunakan kamera analog sangat lihai untuk mengatasi masalah ini. Umumnya kamera analog yang menggunakan batre dapat diganti dengan batre universal LR44 1.5V yang masih dapat diperoleh di tukang jam. Sobat pun harus menyesuaikan voltage batre ini agar sesuai dengan kamera analog sobat. Akan tetapi tidak semua kamera analog dapat langsung menyala ketika menggunakan LR44 1.5V. Ada yang harus menggunakan lebih dari 2 buah LR44 seperti Canaon AE-1 (5buah), Yashica MG-1 dan Electro 35 GSN (7buah). Dapat pula 1 buah CR2 (masih ada dipasaran) diganjal dengan 2 buah LR44 Selain itu ada juga yang menggunakan 1 buah tetapi harus diganjal dengan kertas atau plat besi kecil. Pokoknya sobat harus bereksperimen agar voltagenya cocok. Batre kamera analog dapat bertahan 1-2 tahun. Namun dianjurkan untuk melepasnya jika kamera tidak digunakan, karenaa dapat merusak rumah batrenya. Di samping itu, bila sobat ingin memasukkan batre ke dalam rumah batrenya, dianjurkan kembali jangan dipegang menggunakan tangang/jari. Hal tersebut dapat mengganggu voltage dari batre tersebut karena tubuh kita dapat mengalirkan listrik. Gunakanlah kain atau tissue halus.

Penampakan CR2
CR2
Penampakan LR44
LR44

Penampakan PX-625
Contoh Batre PX-625

3. Periksa Apakah Film/klise Sudah Loading (termuat) dengan Benar. Hal ini merupakan kesalahan yang sering terjadi terutama pada pemula yang baru menggunakan kamera analog. Terkadang kita merasa bahwa film/klise yang baru kita masukkan telah siap untuk dijepret. Namun setelah jepret sana jepret sini dan tiba waktunya untuk diambil ternyata ketika kita buka tutup belakang kamera, film/klise tidak tergulung sama sekali di take-up spool. Lalu bagaimana admin memastikan film/klise yang kita pakai sudah masuk ke lubang take-up spool? Pastikan bahwa film/klise benar-benar sudah masuk/terjepit ke dalam lubang take-up spool ketika memasangnya. Kemudian coba sobat kokang dan perhatikan apakah tuas rewind ikut berputar. Apabila tuasrewind tidak ikut berputar, berarti film yang sobat masukkan belum loading/termuat dengan benar. Jangan memasang film ataupun membuka tutup belakang kamera ketika sedang terisi film di bawah terik matahari. Karena hal tersebut dapat merusak kualitas dari film/klisenya. Usahakan melakukannya di ruangan yang redup cahaya.
Bagian-bagian dalam Nikon FM2
Detail Bagian dalam Nikon FM2

4. Meloading/Memuat Film. Walaupun katrid film 35mm dibuat untuk menangkap cahaya, namun bukan berarti saat memasang film sobat dapat melakukannya di bawah terik sinar matahari. Seperti yang admin katakan di atas, usahakan sobat melakukan loading/memasang filmindoor (dalam ruangan) atau di tempat yang teduh. Berikut cara-cara memasang film 35mm ke dalam kamera analog berdasarkan jenis loading kameranya:
lubang klise pas dengan take-up spool
Lubang klise masuk ke sprocket dan take-up spool
    cara memasang film ke kamera
    Cara Memasang Film/klise


  • Rear-loading Camera. Jenis loading kamera ini adalah yang paling umum sobat jumpai dan biasanya terdapat di kamera analog jenis SLR. Rear-loading memiliki engsel yang terbuka untuk mengekspos ruang film (film cassette chamber) dengan menarik ke atas tuas rewind. Fungsi rear-loading adalah untuk membuka bagian belakang kamera. Ada kamera analog yang langsung terbuka bagian belakangnya ketika tuas rewind ditarik ke atas, namun ada pula yang harus menggeser sebuah tuas kemudian menarik tuas rewind ke atas baru terbuka, seperti Nikon seri F dan FM. Setelah tutup belakang terbuka, masukkan roll film ke dalam ruang film (biasanya di sisi kiri) dan turunkan tuas rewind agar menjepit roll film. Kemudian tarik ujung klise sambil menahan roll film dan masukkan ke dalam lubang take-up spool. Perhatikan juga bahwa lubang-lubang pada klise harus masuk ke dalam sprockets spool agar ikut tergulung ketika dikokang. Setelah itu, kokang sekali dan perhatikan apakah klise tergulung pada take-up spool dan tuas rewind ikut berputar. Biasanya berikan 2 jepretan/frame kosong untuk memastikan klise benar-benar tergulung. Terakhir putar sedikit tuas rewind ke belakang agar klise tidak kendur dan tutup kembali bagian belakang kamera. Kamera sobat siap unttuk mengabadikan momen-momen terindah dalam hidup sobat.
Rear-loading nikon fe
Rear-Loading Nikon FE
  • Bottom-Loading Camera. Loading film pada jenis kamera ini biasanya terdapat di bagian bawah kamera, seperti produksi awal Leica, FED, Zorki, Agfa, Zenit dan lain sebagainya. Umumnya bottom-loading camera berupa kunci yang harus diputar sehingga tutup bawah untuk mengekspos tempat film terlihat. Jumlah kunci ini berbeda-beda pada setiap kamera. Ada yang hanya memiliki satu buah di tengah-tengah dan ada yang memiliki 2 buah di kiri-kanan bagian bawah kamera. Untuk memasukkan film ke kamera jenis loading ini memang agak susah, terutama bila menggunakan film 120mm. Sobat harus memotong ujung klise beberapa inchi sehingga menjadi lebih panjaang dan tipis agar masuk ke dalam take-up spool dan pas dengan jumlah frame.

memasang film argus
Bottom-loading Argus C44 maade in Amerika
klise 120 dipotong agar masuk
Memotong klise 120mm

5. Set ASA/Film Speed. Atur ASA yang ingin sobat gunakan. Biasanya ASA yang digunakan sama dengan ASA pada info film yaang sobat beli. Misalnya, sobat beli film ASA 200 atur ASA 200 pula pada kamera sobat. Tarik ring pada pengaturan speed dan putar ke kiri-kanan untuk pilihan ASA. Ingat sobat! semakin besar ASA yang dipakai, semakin cerah hasil yang dihasilkan. Oleh karena itu, coba sobat bereksperimen pengaturan ASA di kondisi cahaya yang berbeda-beda dengan melihat Over- atau Under exposure pada lightmeter. 

peengaturan asa kamera analog
ASA K1000



pengaturan ASA K1000
Pengaturan ASA K1000

Shooting
       Akhirnya sobat semua kita sampai pada bagian shooting/mengambil gambar. Intinya teori tanpa praktek tidaklah ada gunanya. Sobat harus berani menghabiskan ber-roll-roll film dalam tahap pembelajaran dan selanjutnya gunakan insting sobat untuk bagaimana mengirit film kedepannya. Bila kamera sobat sudah siap semua dan sobat sudah paham betul tombol-tombolnya, saatnya untuk mengambil gambar dan kembangkan kemampuan fotografi sobat. Bagaimanapun kamera tua kadang-kadang mengharuskan sobat untuk mengatur segala sesuatunya sendiri, apalagi kamera analog full manual yang mana kamera film modern atau digital akan mengaturnya untuk sobat secara otomatis.

1. Fokuskan bidikan Sobat. Pertama-tama admin akan menguraikan sedikit beberapa kamera analog berdasarkan sistem fokusnya sambil melihat bagaimana cara memfokuskannya. Hal ini nantinya cukup berpengaruh agar sobat dapat memfokuskan bidikan sobat dengan benar karena beberapa kamera anaalog SLR yang sudah tua, aperture-nya tersambung ke metering. Kadangkala sobat harus menurunkan aperture-nya untuk menyesuaikan metering dan akibatnyaviewfinder menjadi agak gelap dan menyulitkan sobat untuk melihat apakah sudah fokus atau belum.
  • Auto-focus camera. Kamera analog dengan sistem fokus ini mulai muncul sekitar pertengahan tahun 1980-an dan seterusnya. Biasanya kamera ini tidak memiliki ring fokus atau switch manual/auto focus baik pada lensa maupun di bodi kamera. Bagaimana cara fokusin ini kamera min? Cukup sobat tekan tombol shutter setengah dengan lembut. Ketika fokus diperoleh (biasanya ada indikasi di viewfinder atau dengan suara bip) maka kamera sobat siap untuk mengambil gambar. Keuntungan kamera analog dengan sistem fokus ini adalah ia memiliki eksposur otomatis juga, sehingga sobat tidak usah sibuk-sibuk untuk menyeting eksposur.
canon eos 650
Canon Eos 650 Auto Focus Analog Camera
  • Manual focus SLR camera. Mudahnya untuk membedakan kamera analog SLR (single lens reflex) atau bukan adalah dengan melihat ukuran viewfinder dan prisma. Analog SLR biasanya memiliki vwiefinder yang lebih besar dan pentaprisma yang menonjol (di atasnya umumnya untuk hot shoe flash). Untuk memfokuskan kamera analog jenis ini, sobat cukup memutar ring fokus pada lensa hingga gambar menjadi jernih. Kebanyakan kamera analog manual fokus memilliki dua fokus bantu berupa split image dan microprism ring agar memudahkan sobat mengetahui apakah sudah dalam keadaan fokus. Split image berada tepat di tengah yang membagi gambar menjadi dua bagian bila tidak fokus dan sebaliknya. Sedangkan microprism ring berada di bagian luar split image dan akan blur bila tidak fokus dan sebaliknya. 
informasi fokus kamera analog
Bagian-bagian focusing Nikon FM



Split image dan microprism kamera analog tidak fokus
split image dan microprism tidak fokus

  • Viewfinder Cameras. Kamera jenis ini sangat mirip dengan rangefinder. Tapi sobat tidak akan menyatukan dua bayangan seperti kamera rangefinder pada umumnya. Namun demikian, kamera ini dibekali dengan bantuan gambar ikon untuk menentukan jarak seperti jarak untuk memotret orang (single person), orang dalam jumlah banyak/grup dan landscape. Bidik objek sobat semaksimal mungkin. Setelah itu sobat tinggal set asa dan speed, itulah fokus pada kamera ini. Lebih mudah dan banyak menebaknya dengan feeling.

contoh kamera viewfinder voigtlander vito cD
Voigtlander contoh terbaik kamera analog viewfinder
2. Atur Eksposur. Seperti yang sudah admin bahas pada artikel sebelumnya Di sini, bahwa kamera-kamera analog pun memiliki pembacaan metering yang berbeda-beda terhadap cahaya. Ada matrix, spot, center weighted dan parsial. Setiap pembacaan metering ini pun memiliki kelebihannya masing-masing. Namun demikian, pembacaan metering ini terkadang membuat kesulitan kepada sobat untuk mendapatkan eksposur yang tepat. Karena mereka pada umumnya hanya membaca area kecil di tengah frame. Apalagi bila sobat memakai kamera analog yang memiliki spot metering, pembacaannya paling banyak tepat di tengah frame. Lalu bagaimana kalau objek yang sobat ingin foto tidak berada tepat di tengah frame (off-center)? Yang sobat harus lakukan adalah arahkan kembali kamera sobat ke objek yang ingin sobat jadikan pusatnya, tunggu hingga metering melakukan pembacaan, dan kemudian bingkai kembali (reframe) bidikan sobat. Berikut ini adalah ulasan admin agar sobat mendapatkan eksposur yang tepat dari setiap tipe kamera analog yang berbeda-beda:
  • Fully Automatic Exposure Camera. Kamera analog yang memiliki eksposur benar-benar otomatis adalah yang paling mudah untuk digunakan. Ciri-ciri kamera jenis ini yaitu sobat tidak memiliki kontol sendiri untuk mengganti shutter speed dan aperture, seperti halnya kamera analog compact Olympus Trip 35. Bisa juga bila kamera sobat memiliki mode 'Program' atau 'Automatic' seperti Canon AE-1 Program atau Pentax K2. Enaknya pakai analog yang memiliki jenis eksposur seperti ini adalah sobat tidak usah susah-susah atur shutter speed atau aperture lagi. Semuanya sudah dilakukan secara otomatis. Lebih enak lagi bila kamera sobat sudah memiliki mode untuk mengatur pembacaan metering, seperti matrix, evaluatif dan lain sebagainya.
Canon A-1 tampak depan
Canon A-1 salah satu kamera analog pertama dengan mode fully automatic program

  • Kamera analog dengan aperture-priority automatic exposure. Kamera analog jenis ini masih memungkinkan sobat untuk mengatur aperture/bukaan sendiri tetapi kemudian ia akan memberikan bacaan shutter speed secara otomatis yang harus digunakan oleh sobat. Intinya sobat masih harus mengetahui berapa aperture/bukaan yang sobat pakai di kondisi cahaya yang berbeda-beda dan sisanya akan diberitahu oleh kamera sobat. Tetapi tentunya sobat jangan memilih aperture yang memaksa kamera analog sobat untuk menggunakan shutter speed yang lebih cepat atau lebih lambat dari yang tersedia, cukup sesuaikan aperture yang lensa sobat miliki.
Canon AV-1 tampak depan
Canon AV-1 Analog Aperture-priority automatic exposure
  • Kamera analog dengan shutter-priority automatic exposure. Kamera analog jenis yang satu ini merupakan kebalikan dari aperture-priority automatic exposure. Pada kamera analog ini shutter speed sobat sendiri yang atur tetapi bacaan aperture/bukaan akan diberikan secara otomatis. Namun kembali lagi yang perlu sobat perhatikan adalah ketersediaan aperture/bukaan yang lensa sobat miliki. Pilih shutter speed yang sesuai dengan kondisi cahaya ketika sobat mengambil gambar. Nantinya apakah sobat akan membuatnya jadi freeze atau blur.
  • Kamera Analog Full Manual. Untuk jenis kamera analog full manual, pencarian eksposur yang tepat dilakukan dengan sangat sederhana dan menuntut kepekaanfeeling sobat. Aperture/bukaan, shutter speed dan ASA, sobat sendirilah yang menentukannya. Pada kamera analog full manual tidak terdapat alat bantu khusus seperti pada jenis-jenis kamera analog lainnya. Satu-satunya alat bantu adalahlightmeter yang berupa jarum atau lampu indikator yang dapat kita lihat melaluiviewfinder. Lightmeter ini digerakkan oleh sensor cahaya yang terhubung denganshutter speedaperture dan ASA. Umumnya, untuk menghidupkan lightmeter pada kamera analog full manual dibutuhkan 1-2 buah baterai LR44. Namun ada pula lightmeter berupa selenium cell yang tidak memerlukan baterai sama sekali. Jarum akan bergerak otomatis ketika sensor terkena cahaya. Untuk menentukan eksposur, jarum akan bergerak ke atas (biasanya terdapat tanda '+') bila cahaya yang masuk berlebih. Hal tersebut menandakan over-exposure. Bila cahayanya kurang, jarum akan mengarah ke bawah/tanda minus yang berarti under-exposure. Agar eksposur tepat, sobat harus berusaha mencari sendiri dengan mengubah-ubah shutter speed, aperture dan ASA di setiap kondisi cahaya yang berbeda-beda agar jarum mengarah ke tengah-tengah yang menandakan correct exposure. Pada Nikon, jarum/lampu indikator akan mengarah ke tanda 'O' bila eksposur berada di posisi yang tepat. Untuk sobat yang sedang atau ingin belajar menggunakan kamera analog full manual agar 'benar-benar full manual', sobat bisa mencobanya dengan tidak menggunakan lightmeter. Cabut saja baterainya dan gunakan feeling sobat. Namun sobat sudah harus hafal betul mengenaisegitiga eksposur. Bila feeling sobat belum terlalu peka, sobat bisa membuat sendirisunny 16 rules sebagai acuan. Terakhir bila benar-benar sudah terasah, gunakanlah kamera analog rangefinder atau viewfinder dengan atau tanpa selenium cell (terutama buatan Jerman) dan rasakanlah sensasinya. 
Nikon fm10
Nikon FM10 Contoh Kamera Analog Full Manual

3. Bingkai Bidikan dan Jepret. Setelah mendapatkan eksposur yang tepat, selanjutnya yang sobat harus lakukan adalah framing (membingkai) bidikan sobat. Mengenai framing ini, admin tidak akan terlalu detail dalam mengulasnya di sini karena admin akan membahasnya di postingan lain. Intinya ketika membingkai objek bidikan sobat, usahakan membuatnya seartistik mungkin. Hal tersebut berhubungan dengan angle (enggel). Sobat pun harus belajar mengenai hal ini. Umumnya pemula akan menempatkan objek bidikannya di tengah-tengah (pusat) frame. Cobalah sesuatu yang berbeda, misal menggunakan wide-angle, membuatnya menjadi simetris, objek berada di sebelah kanan frame dan background agak melebar ke sebelah kiri frame dan lain-lain. Bila telah mendapatkan angle yang dirasa sudah bagus untuk framing selanjutnya jepret.

4. Jepret sampai Frame terakhir. Pada kamera analog 35mm frame berjumlah 36 eksposur dimulai dari tanda S-36. Jangan lupa untuk melihat counter number di dekat kokangan untuk kamera analog jadul. Untuk kamera analog semi DSLR bisa dicek pada viewfindernya, akan muncul informasi berapa jumlah frame yang tersisa dan sudah terpakai. Bila film sudah habis biasanya kokangan akan stuck. Dalam keadaan demikian kokangan jangan sobat paksa, cek kembali jumlah frame yang sudah terpakai. Namun bila film belum habis dan kokangan macet, itu berarti ada masalah dan harus diservis. Bila film sudah habis, tekan tombol rewind di bagian bawah kamera dan putar rewind crank-nya. Setelah sudah terasa enteng, baru bagian belakamg kamera dibuka dan roll film diambil. Jangan lupa untuk melakukannya di tempat yang teduh.

5. Proses Film Sobat (cuci). Roll film setelah digunakan, alangkah baiknya segera diproses (cuci). Karena bila terlalu lama disimpan akan menimbulkam jamur di klisenya. Namun jika memang ingin diproses untuk jangka waktu yang lama, simpan di tempat yang tidak lembab. Biasany pengguna kamera analog akan menyimpannya di freezer lemari es. Mengenai cuci film ini, admin juga nanti akan membahasnya di artikel lain. Datang ke tempat cuci-cetak film yang masih  menerimanya. Di Jabodetabek masih banyak tempat  yang menerima jasa cuci film negatif. Untuk film BW (black and white) dan slide memang agak sulit menemukan yang masih memprosesnya secara tradisional, terutama untuk mendapatkan kontras yang bagus pada film BW.

6. Cek Film untuk Kesalahan Eksposur. Hal yang sobat harus perhatikan ketika dalam tahap belajar kamera analog adalah selalu cek hasil foto sobat setelah dicuci. Ada baiknya sobat cetak atau dijadikan file JPG, tapi jangan diedit loh. Ini dilakukan untuk mengecek kesalahan eksposur. Cara mudah untuk mengecek kesalahan eksposur adalah dengan melihat under-and over-exposure. Bila setelah dicuci dan sobat cetak/scan ternyata hasilnya kegelapan berartiunderexposure dan sebaliknya bila keterangan berarti overexposure. Oleh sebab itu sobat, biasanya di bagian belakang kamera analog yang bertipe SLR 35mm selalu terdapat tempat noteuntuk catatan shutter speedaperture dan ASA yang digunakan per frame. Ingat selalu segitiga eksposur untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Misal, ketika motret sobat catat semua per frame dan setelah cuci-cetak hasilnya agak gelap (underexposure) di ASA 400, shutter speedsekian dan aperture sekian. Lain waktu sobat motret lagi di kondisi cahaya yang sama, kemudian sobat ingat kemarin underexposure di ASA 400. Sekarang sobat turunin jadi ASA 200, setelah dilihat hasilnya ternyata pas.

7. Selalu Sedia Roll Film dan Motret lagi. Demikianlah sobat cara menggunakan kamera analog film 35mm secara umum. Intinya jangan takut menghabiskan ber-roll-roll film ketika sedang belajar dan terus  mencoba motret untuk mendapatkan eksposur yang tepat. Bandingkan hasil yang satu dengan yang lainnya. Minta pendapat kepada teman atau saudaraa mengenai foto sobat dan lihat ekspresi mereka. Terima kasih, semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar